Match Fixing yang terjadi di Jaman Dahulu

Match Fixing Galatama
PADA 20 Maret 1984, Andi Darussalam Tabusalla yang kala itu menjabat sebagai manajer klub Galatama asal Sulawesi, Makassar Utama, memaparkan info menarik kepada wartawan sepak bola yang sering ngepos di Senayan. Pria yang akrab disapa ADT itu menjelaskan bahwa telah terjadi pengaturan skor di kompetisi Galatama dalam laga antara klub Cahaya Kita melawan Caprina Bali.
Salah satu yang disebut sebagai aktor dibalik pengaturan skor itu ialah bos Cahaya Kita, Kaslan Rosidi. Bak bola salju, pernyataan ADT itu pun jadi perbincangan khalayak ramai. PSSI pun turut tangan menginvestigasi. Hasilnya, ditengarai bukan hanya sekali dua kali Cahaya Kita melakukan match fixing alias pengaturan skor.
“Citra Galatama justru rusak akibat ulah Cahaya Kita berikut bosnya. Masak ada kesebelasan yang bisa kalah sampai 10-1, 7-0, 8-0, 11-0, dan sebagainya. Ini benar-benar menjatuhkan mutu dan citra Galatama,” ucap Soetjipto Soentoro, eks bintang dan pelatih tim nasional ketika itu.
Kepada wartawan, Kaslan Rosidi mengaku anak buahnya memang terlibat. Meski begitu dia cuci tangan atas isu yang berembus itu. “Setelah investigasi pemain dari merekalah saya tahu, si anu kena suap, pertarungan ini lawan itu sudah diatur, dan wasit anu makan sogok. Pendeknya seluruh pertarungan Galatama itu merupakan tipuan, namun sungguh saya tidak ikut-ikutan terlibat,” tuturnya di sekretariat Liga Galatama, Jakarta.  Setelah diivestigasi, ternyata banyak pemain dan pengurus Cahaya kita terlibat pengaturan skor. Hukuman pidana pun menimpa mereka.
Persebaya Vs Persipura 1988
Jauh sebelum laga 'sepak bola gajah' yang melibatkan klub-klub Liga 2, praktik ini sudah terjadi sejak era perserikatan.  Pada tahun 1988, praktik sepak bola gajah dicurigai terjadi pada laga Divisi Utama Wilayah Timur antara Persebaya vs Persipura.  Di luar dugaan, Persebaya yang memiliki pemain-pemain bintang, kalah telak 12-0 dari Persipura.  Yang menyedihkan, sebagian besar gol-gol Persipura dicetak secara 'cuma-cuma' alias hasil pemberian dari pemain pelapis Persebaya.
Peristiwa itu dicurigai terjadi sebagai cara agar pesaing Bajul Ijo saat itu, PSIS Semarang, tak mampu lolos ke babak enam besar. Persebaya sendiri keluar sebagai juara di akhir kompetisi

Skandal Timnas PSSI th 1962

Pada awal dekade 1960-an, sepak bola Indonesia pernah diterjang skandal match fixing hebat. Kala itu, sejumlah pemain timnas disebut terlibat dalam praktik pengaturan skor, suap, hingga judi toto gelap (togel).  KOGOR (KONI saat itu) melakukan penyelidikan dan menciduk 10 nama pemain yang terlibat pengaturan skor, kesepuluh nama yang ditengarai terlibat adalah  Iljas Hadede, Pietje Timisela, Omo Suratmo, Rukma Sudjana (kapten), Sunarto, Wowo Sunaryo (Persib), John Simon, Manan, Rasjid Dahlan (PSM), dan Andjiek Ali Nurdin (Persebaya).

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Niac Mitra , Legenda Klub Sepak Bola dari Surabaya

Budi Johanis , awal hingga akhir hanya di persebaya